Diberdayakan oleh Blogger.
Bali
Bali Good
Bali Dewata
Tampilkan postingan dengan label Wisata Lidah di Bali. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata Lidah di Bali. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 November 2010

Ramai Rasa Ramen di “Rame-Rame Ramen”

Oleh: Maria Ekaristi

Saat memasuki resto ini saya langsung mendapat sapaan ramah dalam bahasa Jepang. Meski tidak paham benar artinya, saya langsung membalasnya dengan ucapan terimakasih sambil membungkuk seperti yang biasa dilakukan orang-orang Jepang saat membalas salam. Semua petugas restoran itu tertawa melihat polah saya. Deby, sang manager, balik membalas dengan gaya candanya yang lucu. Suasana pun seketika cair, dan saya seperti memasuki ruangan makan rumah saya sendiri.

Siang itu santap siang saya awali dengan semangkuk Kaiso Salad yang terdiri dari rumput laut, selada, tauge, timun dan tomat dengan saus asam. Rasa asam dari saus berpadu dengan rasa garam yang digunakan untuk merendam bahan-bahan salad, menyuguhkan kesegaran di lidah saya. Rasa lapar saya yang tadinya malas-malasan pun terusik. Segera dia menabuh genderang di perut dan membanjirkan air liur di rongga mulut. Nafsu makan saya pun seketika bergejolak. Maka ketika sepiring Harumaki, yaitu penganan semacam lumpia goreng dengan isi beragam sayuran dan jamur terhidang saya pun langsung mengganyangnya.

Setelah dua menu pembuka itu, menu utama berupa Ramen segera terhidang. Semuanya tak lebih dari 15 menit sejak saya memesannya. Ramen tak lain adalah mi dalam bahasa Jepang. Di resto ini ramen disajikan dengan berbagai olahan yang kemudian masing-masing diberi nama sesuai dengan cara dan bahan pengolahannya. Ada Tonkotsu Ramen, Chicken Ramen, Shoyu Ramen, Gomoku Ramen, Pork Tantanmen, Chicken Tantanmen, Hiyashi Chukka, Vegetarian Hiyashi Chuka, Ankake Yakisoba, Chilli Beef Ramen. Siang itu pilihan saya jatuh pada Chicken Ramen.

Chicken Ramen adalah sup mi khas Jepang yang disajikan dengan sayur kailan potongan halus bawang pre, irisan daging ayam dan potongan telur setengah matang dan diberi kuah. Kuah Chicken Ramen terbuat dari kaldu pekat daging ayam yang diproses selama hampir sepuluh jam. Pengolahan ini menghasilkan rasa yang sangat khas: gurihnya melekat di lidah.

Porsi yang cukup besar membuat perut saya penuh dan rasa lapar saya langsung terkulai lemas. Agar kenikmatannya tak segera hilang saya pun cepat-cepat mengakhiri santap siang itu dengan hidangan penutup berupa es krim Macha dan es krim Ogura. Es krim Macha adalah es krim teh hijau yang pekat. Rasanya sepat sedikit getir tapi menyegarkan kerongkongan. Rasa ini seperti mengunci rasa nikmat dari makanan utama yang telah saya lahap. Kemudian aroma harum dan rasa manis es krim Ogura yang terbuat dari kacang merah seperti memberi kesegaran dan semangat baru untuk melanjutkan aktivitas siang itu.

Oya, semua makanan yang tersaji tadi merupakan racikan Evan Lesmana mantan chef di sebuah hotel ternama di Jakarta. Evan dibantu oleh tiga orang koki lokal asal Bali yang handal. Kerena itu menu-menu yang disajikan di resto ini digemari oleh para wisatawan asing maupun domestik. Juga warga Jepang yang bermukim di Bali.

Mau mencoba? Datang saja ke “Rame Rame Ramen” di Jl. Sunset Road No. 1 Blok K Kuta. Letaknya di sebelah Utara Patung Dewa Ruci berdampingan dengan A Spa. Kalau mau pesan terlebih dahulu bisa melalui telepon 087860942128. Bila datang dari arah utara, anda harus memutari Patung Dewa Ruci lalu berbalik arah menuju utara. Resto ini buka setiap hari pada pukul 11.00 -24.00 WITA.

Harga seporsi ramen berkisar antara Rp42 ribu hingga Rp47 ribu.

Minggu, 24 Oktober 2010

Nasi Barak, Sarapan Kegemaran Pejabat dan Mahasiswa

Oleh: Maria Ekaristi

Warungnya sederhana saja. Hanya bangunan semi permanen di atas areal seluas 3,5 x 6 meter. Hidangan yang disajikan pun sederhana: nasi campur ala Bali. Namun omset yang berputar di situ tergolong luar biasa: sekitar Rp 4,5 juta per hari. Maklum, dalam setengah hari warung milik Ni Wayan Resmiyani ini menghabiskan sedikitnya 28 ekor ayam yang diolah dengan beberapa cita rasa sebagai lauk dari nasi hidangannya. Semua itu ludas oleh para langganananya yang sebagian besar adalah karyawan, pejabat pemeritah, politisi, pedagang, pebisnis dan mahasiswa-mahasiswa asal Buleleng yang berkuliah di Denpasar. Lalu apa keistimewaan yang menyebabkan warung itu begitu laris? Tak lain, ayam betutunya yang mmmmmuaaaah! Enak banget!

Waktu saya datang ke warung itu, saya langsung memesan hidangan andalan mereka. Hanya dalam 5 menit terhidang di depan saya sepiring nasi dari beras merah dengan lauk ayam betutu, ayam suwir, ayam goreng, sayur urap dan kuah baso ayam. Itulah nasi campur ala Bali versi warung yang dikenal dengan sebutan Warung "Nasi Barak” (nasi beras merah) ini. Dan, itulah menu andalan mereka karena memang itu menu satu-satunya yang mereka hidangkan sejak 2002.

Di lidah saya, bumbu betutu warung ini memang khas. Aroma jahe dan serehnya yang dominan membuat ayam yang terbaluri bumbu tersebut terasa sangat gurih. Nyangluh, kata orang Bali. Rasa gurih itu seolah melekat di rongga mulut sehingga membuat hidangan tersebut terasa lezat dari suapan pertama hingga suapan terakhir. Yang mengejutkan, untuk semua kenikmatan tersebut anda cukup menggantinya dengan uang hanya sebesar Rp10 ribu!

Warung "Nasi Barak” ini berlokasi di pinggir jalan di kawasan Banjar Abian Luang, Baturiti. Jalan ini merupakan jalan utama Denpasar-Bedugul-Singaraja. Sebagai ancar-acar, lokasi warung ini kurang lebih sekitat sekitar 3,5 kilometer dari pusat oleh-oleh “Kawan Jogger” atau sekitar 2 kilometer dari “CafĂ© Tahu”. Hanya saja, jangan datang ke sana setelah lewat tengah hari. Sebab, sekitar pukul 12 warung itu sudah tutup karena persediaan makanan sudah ludas. Ketika saya tanya Resmiyani, sang pemilik warung, soal kemungkinan menambah “jam tayang” warungnya agar pelanggan yang datang sore hari punya kesempatan menikmati hidangannya, perempuan dengan penampilan bersahaja ini mengatakan bahwa dirinya tak sanggup mengelola warung dalam ukuran besar.

“Biarlah segini saja. Kalau terlalu banyak, saya tak sanggup menyediakan masakannya. Saya takut nanti malah tidak enak. Kasihan pelanggan,” ucapnya sembari tersenyum tulus.