Oleh: Maria EkaristiSaat memasuki resto ini saya langsung mendapat sapaan ramah dalam bahasa Jepang. Meski tidak paham benar artinya, saya langsung membalasnya dengan ucapan terimakasih sambil membungkuk seperti yang biasa dilakukan orang-orang Jepang saat membalas salam. Semua petugas restoran itu tertawa melihat polah saya. Deby, sang manager, balik membalas dengan gaya candanya yang lucu. Suasana pun seketika cair, dan saya seperti memasuki ruangan makan rumah saya sendiri.
Siang itu santap siang saya awali dengan semangkuk Kaiso Salad yang terdiri dari rumput laut, selada, tauge, timun dan tomat dengan saus asam. Rasa asam dari saus berpadu dengan rasa garam yang digunakan untuk merendam bahan-bahan salad, menyuguhkan kesegaran di lidah saya. Rasa lapar saya yang tadinya malas-malasan pun terusik. Segera dia menabuh genderang di perut dan membanjirkan air liur di rongga mulut. Nafsu makan saya pun seketika bergejolak. Maka ketika sepiring Harumaki, yaitu penganan semacam lumpia goreng dengan isi beragam sayuran dan jamur terhidang saya pun langsung mengganyangnya.
Setelah dua menu pembuka itu, menu utama berupa Ramen segera terhidang. Semuanya tak lebih dari 15 menit sejak saya memesannya. Ramen tak lain adalah mi dalam bahasa Jepang. Di resto ini ramen disajikan dengan berbagai olahan yang kemudian masing-masing diberi nama sesuai dengan cara dan bahan pengolahannya. Ada Tonkotsu Ramen, Chicken Ramen, Shoyu Ramen, Gomoku Ramen, Pork Tantanmen, Chicken Tantanmen, Hiyashi Chukka, Vegetarian Hiyashi Chuka, Ankake Yakisoba, Chilli Beef Ramen. Siang itu pilihan saya jatuh pada Chicken Ramen.
Chicken Ramen adalah sup mi khas Jepang yang disajikan dengan sayur kailan potongan halus bawang pre, irisan daging ayam dan potongan telur setengah matang dan diberi kuah. Kuah Chicken Ramen terbuat dari kaldu pekat daging ayam yang diproses selama hampir sepuluh jam. Pengolahan ini menghasilkan rasa yang sangat khas: gurihnya melekat di lidah.
Porsi yang cukup besar membuat perut saya penuh dan rasa lapar saya langsung terkulai lemas. Agar kenikmatannya tak segera hilang saya pun cepat-cepat mengakhiri santap siang itu dengan hidangan penutup berupa es krim Macha dan es krim Ogura. Es krim Macha adalah es krim teh hijau yang pekat. Rasanya sepat sedikit getir tapi menyegarkan kerongkongan. Rasa ini seperti mengunci rasa nikmat dari makanan utama yang telah saya lahap. Kemudian aroma harum dan rasa manis es krim Ogura yang terbuat dari kacang merah seperti memberi kesegaran dan semangat baru untuk melanjutkan aktivitas siang itu.
Oya, semua makanan yang tersaji tadi merupakan racikan Evan Lesmana mantan chef di sebuah hotel ternama di Jakarta. Evan dibantu oleh tiga orang koki lokal asal Bali yang handal. Kerena itu menu-menu yang disajikan di resto ini digemari oleh para wisatawan asing maupun domestik. Juga warga Jepang yang bermukim di Bali.
Mau mencoba? Datang saja ke “Rame Rame Ramen” di Jl. Sunset Road No. 1 Blok K Kuta. Letaknya di sebelah Utara Patung Dewa Ruci berdampingan dengan A Spa. Kalau mau pesan terlebih dahulu bisa melalui telepon 087860942128. Bila datang dari arah utara, anda harus memutari Patung Dewa Ruci lalu berbalik arah menuju utara. Resto ini buka setiap hari pada pukul 11.00 -24.00 WITA.
Harga seporsi ramen berkisar antara Rp42 ribu hingga Rp47 ribu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar