Diberdayakan oleh Blogger.
Bali
Bali Good
Bali Dewata

Minggu, 27 Februari 2011

Pengrupukan & Nyepi Day in Bali

Pengrupukan is one day before Nyepi in Bali celebrated by the Hindus of Bali. Nyepi is a day of Saka new year celebration.
Pengrupukan is a day to perform ceremony in order to calm Bhuta (evil spirit) so as not to interfere mankind. The ceremony held on this day in all areas in Bali, called Pecaruan. While the late afternoon or early evening … young people around the region by bringing Ogoh-ogoh accompanied by gamelan tradisional music that was created about a month before.

 Besides gamelan, usually accompanied by Tek-tekan (tradisional music with bamboo) had brought by the children.
Then tomorrow, Nyepi is celebrated by doing nothing, people stayed in the house implement Catur Brata Penyepian, that are amati geni (not light a fire), amati karya (not working), amati lelungan (not traveling), and amati lelanguan (no fun). The streets will look lonely without a vehicle, and no activity of the people who look. Around of Bali will no activity even the airport and television channel.


Ogoh-ogoh are statues built for the Ngrupuk parade, which takes place on the eve of Nyepi day in Bali, Indonesia. Ogoh-ogoh normally have form of mythological beings, mostly demons. As with many creative endeavours based on Balinese Hinduism, the creation of Ogoh-ogoh represents spiritual aims inspired by Hindu philosophy.
The main purpose of the making of Ogoh-ogoh is the purification of the natural environment of any spiritual pollutants emitted from the activities of living beings (especially humans). The forms of Ogoh-ogoh represent the Bhuta-Kala (Bhuta: eternal energy, Kala: eternal time), according to Hindu teachings. The imperceptible potentials of nature cannot be thoroughly explored by anyone. Philosophically, civilized men are required to manage the natural resources without any attempts to damage the environment itself.
Aside from being the symbol of Bhuta-Kala, Ogoh-ogoh is considered a symbol of modes of nature that form the malicious characters of living beings. Ogoh-ogoh is usually made by the group of artists found in villages around Bali. After being paraded on a convoy around the town, finally it is burnt to ashes in a cemetery as a symbol of self-purification.
An Ogoh-ogoh is normally standing on a pad built of timber planks and bamboos. This pad is purposed to sustain the Ogoh-ogoh itself during its being lifted and carried around the village or the town’s square. There are normally eight or more men carrying the Ogoh-ogoh on their shoulders. This procession is accompanied by music orchestra performed by the youth. The use of flares is also a main part of the parade.
During the procession, the Ogoh-ogoh is rotated counter clockwise three times. This act is done on every t-junction and roadcross of the village. Rotating the effigies during cremational parade and the eve of Nyepi represents the contact of the bodies with the spirits. It is aimed to bewilder the evil spirits so that they go away and cease harming human beings.

Kamis, 24 Februari 2011

Cerita di Balik Tampilnya Pelopor Heavy Metal, Iron Maiden, di Bali (4)

Oleh: Hari Puspita

Semula, pihak Original Production sempat agak ragu, apakah Bruce Dickinson tertarik untuk tampil di Garuda Wisnu Kencana (GWK), Jimbaran, Bali, selain Jakarta. Sebab, selain faktor kemudahan dan ketersediaan infrastruktur, macam gedung pertunjukan atau stadion, biasanya ibukota negara memang jadi pertimbangan tersendiri bagi band papan atas kelas dunia, untuk main “aman”. Mereka memang cenderung memilih Jakarta. Ini karena untuk tampil di daerah berisiko respons yang minim misalnya. Atau spesifikasi peranti yang sulit didapat. Namun di luar dugaan, ternyata vokalisnya sangat antusiastik untuk tampil di Bali.

Ini bermula dari Tommy Pratama dari Original Production, yang berpikir bahwa selain Jakarta, Bali memiliki daya tarik tersendiri untuk pertunjukan artis. Apalagi dia sebelumnya sudah pernah menggelar pertunjukan serupa untuk Deep Purple, April 2004 lalu, di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Jimbaran, Badung.

Nah, begitu lobi untuk Iron Maiden lolos, dia pun menawarkan untuk tampil di Jakarta dan Bali.”Di luar dugaan, ternyata Bruce (Dickinson, vokalis) menyambutnya dengan tangan terbuka. Dia sangat antusias dengan venue GWK. Ini karena sudah baca di website (website http://gwk-culturalpark.com/ ) yang di situ juga ada venue GWK dengan Lotus Pond-nya,” akunya. Padahal, Tommy sempat berpikiran mereka hanya memilih panggung pertunjukan di Jakarta saja.

”Dia mengaku penasaran, ingin bikin live concert di GWK,” imbuhnya, perihal Bruce, vokalis yang mantan atlet anggar Inggris, dan ternyata hobi berselancar di dunia maya itu.

Selain Steve Harris, leader band ini, yang begitu ngebet tampil di Bali, Bruce Dickinson juga sangat ingin datang ke Bali. “Mereka sebelumnya hanya dapat cerita saja tentang Bali. Nah, nanti mereka ingin melihat, membuktikan dan menikmatinya sendiri,” jelasnya.

Maklum, di tempat yang sama, sebelumnya juga sudah pernah dipakai konser Deep Purple dan Scorpions. ”Saya lega, begitu melihat dia antusias untuk tampil di dua tempat, di Jakarta dan Bali,” terangnya.”Dia juga sempat tanya soal pertunjukan sebelumnya (Deep Purple, Scorpions) di Bali,” terang Tommy mengenang Bruce.

Pilot pesawat Ed Force One yang sekarang sudah tidak gondrong lagi itu di mata Tommy juga tidak segarang di atas panggung yang harus jaga image.”Ah, di balik panggung mereka humble, santai, familiar, banyak canda, kok. Bruce, Nicko (Nicko Mc Brain) itu banyak canda orangnya,” tuturnya, perihal perangai di luar panggung pertunjukan.
Menurutnya, lain gaya di atas panggung, lain pula perangai keseharian mereka. Nicko Mc Brain misalnya, suka main golf. Steve Harris suka main sepakbola. Mereka biasa bercanda. “Kalau di atas panggung kan memang gaya panggung itu harus beda,” tutur Tommy.

Bruce yang seperti tak kenal lelah kalau sudah di atas panggung ini juga dikenal sebagai seniman lengkap. Selain vokalis, musisi, penulis lagu, dia juga penulis cerita, aktor, atlet anggar, sekaligus pilot pesawat. Bruce benar-benar seniman serba bisa. Pria yang menyukai tantangan ini rupanya adrenalinnya menggelegak, untuk tampil di Bali.

Sejauh ini, menurutnya musisi rock atau heavy metal memang relatif tidak terlalu ribet urusannya.”Sejauh ini musisi metal malah santai-santai saja orangnya. Waktu Dave Mustain (gitaris/vokalisnya Megadeth) datang dulu juga tidak ada permintaan aneh-aneh. Padahal, tau sendiri kan tongkrongannya dia kayak apa?” terangnya.
Dia malah menyebut musisi di jalur pop yang biasanya agak rewel dalam fasilitas atau akomodasi. “Tapi, tak usah disebutlah, siapa artis pop yang rewel itu, hehehe…,” imbuhnya.

*Tulisan ini sempat dimuat di Harian Radar Bali (Grup Jawa Pos)

Rabu, 23 Februari 2011

Cerita di Balik Tampilnya Pelopor Heavy Metal, Iron Maiden, di Bali (3)

Oleh : Hari Puspita

Setelah melaui berbagai pembicaraan di antara personal band yang selalu tampil konsisten di jalur musik metal ini, akhinya mereka memutuskan untuk tampil dengan formasi legendarisnya pada tour show mereka kali ini. Termasuk ketika tampil di Lotus Pond, Garuda Wisnu Kencana (GWK), Badung, Bali. Formasi itu adalah Steve Harris (bas),Dave Murray (gitar), Adrian Smith (gitar),Janick Gers (gitar), Nicko Mc Brain (drum) dan vokalis nan atraktif, Bruce Dickinson. Tentu ini bisa dibilang formasi klasik Iron Maiden, meski bukan formasi pertama mereka, seusai terbentuk tahun 1975 di Leyton, London Timur, Inggris.

Formasi ini juga formasi yang khas. Bagaimana tidak? Kali ini Maiden tampil dengan tiga orang jago gitar sekaligus. Dan, meski sudah terbilang gaek, mereka tetap dengan rambut gondrongnya. Lengkap dengan penampilannya yang atraktif,liar, di panggung.

Karena sebelumnya, beberapa personel sempat keluar. Seperti misalnya gitaris Adrian Smith, sempat keluar tahun 1990, sejak bergabung tahun 1980. Tapi, tahun 1999 balik lagi gabung. Sang vokalis, Bruce Dickinson juga sempat angkat kaki,bersolo karir dan digantikan Blaze Bailey (album The X Factor). Tapi, Bruce balik lagi tahun 1999.

Untuk gitaris, beberapa nama selain Murray, Gers, Smith, juga ada beberapa yang sempat keluar masuk, sebelum band ini mendapat sound yang diinginkan. Seperti pada posisi gitar, sempat dihuni Tony Parsons,David Sullivan (1975), Terry Rance (1975-1976). Gitaris Paul Cairns juga sempat bergabung pada tahun 1979.

Ada lagi gitaris Dennis Stratton yang keluar tahun 1980. Untuk drum, sebelum Nicko Mc Brain juga sempat keluar masuk Doug Samson dan Clive Burr.

Sedangkan urusan vokal, sebelum Bruce Dickonson, posisinya sempat dipercayakan kepada sejumlah nama. Seperti Paul Day, Dennis Wilcox dan Paul D Anno (1975-1981). Paul D Anno, vokalis bersuara agak serak, nan atraktif, berdarah Italia, yang lebih beraksen punk berikut kostumnya. Bersamanya sempat menelorkan nomor klasik Iron Maiden, Phantom of The Opera, yang oleh sebagian kritisi dinilai sebagai magnum opus, mahakarya band metal ini.

Bruce baru masuk akhir tahun 1981, pasca album Iron Maiden (1980) dan Killers (1981), dan sempat keluar untuk bersolo karir tahun 1993. Sebelum akhirnya balik lagi ke line up yang ideal tahun 1999, setelah Blaze Bailey yang sempat menggantikannya angkat kaki.

Jadi, meski terbentuk tahun 1975, tapi sound grup musik ini baru terbentuk tahun 1980-an, di saat Steve Harris, David Murray dan Adrian Smith dalam visi musikal yang berkarakter, gaya khas mereka. Masa indah pencapaian karya mereka adalah album Powerslave, 9 September 1984. Dengan lagu yang sangat diakrabi para Troopers lintas generasi, seperti 2 Minutes to Midnight, Aces High. Dan satu lagu berdurasi 13 menit, yang terinspirasi puisi Samuel Taylor Coleridge, Rime of The Ancient Mariner.

Meski diwarnai gonta-ganti personel, mereka kini telah menghasilkan 31 album. Berupa 15 album studio. Selebihnya, 5 album kompilasi, 7 album live, 4 album mini. Dengan rekor total penjualan seluruh album di seluruh dunia yang fantastis, sebanyak 85 juta keping, lebih.

“Yang tampil dalam The Final Frontier World Tour 2011 ini formasi lengkap. Soalnya gitarisnya full, tiga orang. Murray,Smith, Gers. Ini formasi ideal, menurut saya. Jarang, band setua mereka dengan formasi utuh,” papar Tommy Pratama, perihal formasi Maiden yang merupakan personel era 1980-an ini.

Menurut jadwal, penampilannya di Indonesia kali ini diawali dari stadion Gelora Bung Karno (GBK)Senayan Jakarta, pada 17 Feberuari 2011 mendatang. Baru kemudian Bruce Dickinson, Dave Murray, Janick Gers, Adrian Smith, Steve Harris, dan Nicko McBrain akan tampil di Bali, 20 Februari 2011, di Lotus Pond, GWK, Jimbaran. Sebelumnya, sejumlah tur harus dituntaskan. Seperti di Moskow, dihelat pada pada 11 Februari dan Singapore Indoor Stadium, Singapura, pada 15 Oktober.

Seperti diutarakan Tommy, dedengkot Iron Maiden, Steve Harris pun sudah tak sabar untuk bisa tampil di Bali dan Jakarta. Harris menyebut Indonesia sebagai negara yang merupakan bagian wilayah terindah dunia. Mereka sangat ingin tampil karena punya banyak penggemar setia di Indonesia.

Sebagai gambaran, seperti diutarakan Tommy, Sam Iman, ketua fans Iron Maiden, “Indonesia Troopers”, yang ikut puas atas bakal tampilnya Iron Maiden di Indonesia. Tapi, di balik itu semua tentu butuh persiapan matang dan kerja profesional.

Bruce Dickinson juga akan jadi pilot sendiri untuk pesawat Boeing 757, yang mereka juluki Ed Force One. Mereka juga menyiapkan sejumlah peranti sendiri, macam rigging stage, monitor speaker, kontrol mixer, yang beratnya sekitar 10-12 ton dan 60-an crew. Dengan kekuatan listrik 350.000 watt. Coba, bayangkan seperti apa dahsyatnya?

*Tulisan ini sempat dimuat di Harian Radar Bali (Grup Jawa Pos)

Selasa, 22 Februari 2011

Cerita di Balik Tampilnya Pelopor Heavy Metal, Iron Maiden, di Bali (2)

Oleh: Hari Puspita

LEPAS dari segala kekurangan dan carut marutnya ekonomi dan politik negeri ini saat ini, untuk urusan industri musik modern, bangsa ini boleh berbangga. Sebagai gambaran sederhana, 4-5 Desember 1975 silam misalnya, Denny Sabri dari majalah musik Aktuil, Bandung, bersama Buena Production sudah mampu menghadirkan super group sekelas Deep Purple, ke Senayan, Jakarta, dengan dibuka oleh God Bless. Purple bukan menggelar konser ke Bangkok, Kuala Lumpur, Manila, Singapura,misalnya.

Setidaknya, pertunjukan 35 tahun silam, dua hari berturut-turut itu, total dihadiri sekitar 150.000 penonton. Yang datang? Tidak hanya dari Jakarta atau kota besar tanah air saja. Tapi juga dari negeri tetangga seperti, Malaysia, Singapure dan Filipina. Malah menurut kesaksian Donny Fattah (pemain bas God Bless) lapangan stadion Senayan (Stadion Gelora Bung Karno, sekarang, Red) , tribun atas, tribun bawah dipenuhi lautan manusia. Malah katanya ada yang sampai menonton di atap stadion juga.

Dan, kini, dalam The Final Frontier World Tour-nya Iron Maiden, Original Productions juga mampu membawanya tur ke Indonesia. Ini untuk dua kali pertunjukan, di Bali dan Jakarta.”Saya sempat dilobi sama temen, salah seorang promotor dari Malaysia. Saya nggak enak menyebut (nama) nya. Dia meminta ke saya, bagaimana agar Iron Maiden juga bisa tampil di Malaysia. Tapi saya nggak bisa bantu,” ujarnya, tentang cerita lain mendatangkan grup bermaskot Big Eddie itu.

“Malah dia (promotor Malaysia) itu sempat bilang, harus keluar uang berapapun ongkosnya dia sanggup bayar. Tapi saya nggak bisa bantu. Bagaimana mau bantu, kalau pihak manajemen Iron Maiden-nya juga tidak tertarik main ke sana?” jelasnya, perihal ketertarikan pihak promotor asal Malaysia, itu.

Tapi, bagaimanapun untuk urusan kepercayaan penyelenggaraan tidak hanya sebatas soal uang saja. Pihak manajemen biasanya begitu ketat menghitung berbagai aspek untuk menentukan tempat konser, yang sekiranya representatif untuk dihelat. Macam yang bakal digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jakarta, pada 17 Februari dan di Lotus Pond GWK, Jimbaran, 20 Februari mendatang itu.
Untuk ukuran negara-negara Asia Tenggara, Indonesia menurutnya termasuk jadi pilihan utama, bersama Singapura. “Kalau Singapura, itu karena negara maju, negara mapan,” akunya. “Tapi, untuk respons penonton, publik kita ini dikenal dengan kehangatannya saat menikmati konser,” jelasnya.

Lebih jauh, menurutnya untuk mendatangkan super group itu menyangkut banyak aspek. Selain (sudah pasti) soal bayaran, juga kredibiltas penyelenggara dan yang sangat penting selain itu adalah daya tarik tempat pertunjukan. Seperti respons penonton atau aura pertunjukan nantinya.

“Soal kredibilitas itu tidak mudah. Kita ini harus mampu meyakinkan pihak manajemen Iron Maiden agar mereka yakin bahwa pertunjukannya kelak akan mendapat respons yang bagus juga,” terang lelaki penghobi olahraga sepeda ini. “Nah, untungnya negeri kita dikenal dengan fans musik rock yang fanatik juga. Soalnya, Metallica misalnya, sudah membuktikannya,” terangnya, berbangga.

*Tulisan ini sempat dimuat di Harian Radar Bali (Grup Jawa Pos)

Senin, 21 Februari 2011

Cerita di Balik Tampilnya Pelopor Heavy Metal, Iron Maiden, di Bali (1)

Oleh:Hari Puspita

Grup musik asal Inggris, yang dibentuk tahun 1975 silam ini, bersama Judas Priest dikenal sebagai biang heavy metal dunia. Kini, setelah 35 tahun, mereka bisa kita nikmati konsernya di Bali . Apa yang membuat Tommy Pratama dari original production ngotot mendatangkannya? Saat bertemu koran ini, pada Kamis (25/11) lalu, di kompleks Garuda Wisnu Kencana (GWK), Jimbaran, pria yang sudah mendatangkan sejumlah grup musik, dari legenda musik rock Deep Purple hingga salah satu biang thrash metal, Megadeth ini nampak terkesan santai saja.

Baginya, mendatangkan grup musik kelas dunia adalah bagian dari hobinya. Tak pelak, sejumlah grup besar pun jadi incaran. Dari yang sudah jadi ikon klasik musik rock macam Deep Purple sampai Toto, Scorpions, Extreme, Bon Jovi atau biang metal Amerika, Megadeth sudah digaetnya untuk tampil di tanah air.

Baginya, adalah merupakan kebanggaan tersendiri bisa menampilkan mereka. Padahal, untuk bisa menjalir kontak dengan manajer tur dari grup musik papan dunia itu pun tidak mudah. Selain harus rajin menghubungi mereka dengan pantang menyerah, punya reputasi bagus dalam penyelenggaraan even, juga butuh kesabaran dan faktor luck, keberuntungan.

Sebagai gambaran, untuk mendatangkan Iron Maiden ke Bali dan Jakarta kali ini, Tommy yang sudah “karatan” mendatangkan musisi papan atas dunia ini pun harus menunggu lima tahun untuk bisa fixed tampil di Indonesia. Ini karena mereka harus menyesuaikan jadwal tur dunia yang memang dirancang secara profesional.

Selain meluncurkan album secara rutin, manajer Steve Harris dan kawan-kawan ini juga mengatur jadwal tur dengan rapi beberapa tahun sebelum pertunjukan dihelat. Misalnya untuk The Final Frontier World Tour 2011 kali ini, ternyata sudah disiapkan lima tahun silam.

Ini karena negara-negara lain yang ingin dimasukkan dalam daftar tur dunia mereka juga mengantre. Jadi, tidak bisa sembarangan memasukkan jadwal tur dengan tanpa mempertimbangkan banyak aspek. Seperti areal tur utama.

Misalnya, untuk Indonesia sangat potensial masuk jadwal karena dilewat jalur tur ke Australia. Selain itu juga karena Indonesia juga dikenal punya antusisme tinggi scene atau komunitas musik rock dan heavy metal-nya. Terbukti, dari sejumlah grup yang sukses menggelar konser. Macam Deep Purple, Uriah Heep, Metalica, Sepultura, Megadeth. Ini jadi semacam “rapor” bagus, untuk dijadikan bahan pertimbangan.
“Saya dijanjikan lima tahun lalu untuk konser ini. Coba bayangkan, lima tahun lalu janjinya,” ungkapnya kepada Radar Bali. “Jadi memang butuh ketekunan, kesabaran untuk menggelar even semacam ini,” imbuhnya.

Sejurus kemudian, dia pun memperlihatkan notebook-nya. Dengan notebook-nya, dia perlihatkan segala persiapan untuk konser Iron Maiden di Indonesia. Yakni Jakarta dan Bali. Dari pesawat charter khusus berlogo Iron Maiden, dengan jenis huruf yang khas itu, yang siap mengangkut segala keperluan hingga roadis dan awak lainnya yang menopang. Ini seperti yang mereka pakai untuk tur dunia sebelumnya, seperti yang bisa dinikmati dalam keping cakram DVD, Flight 666, yang sangat terkenal itu

Kenapa Anda begitu ngotot sekali mendatangkan band asal Leyton, London Timur, Britania Raya itu sampai menunggu lima tahun? Ternyata jawabannya sederhana saja.”Karena saya memang penggemar berat mereka, The number of the beast,” jawabnya, seraya mengutip salah satu nomor andalan grup musik tersebut.

*Tulisan ini sempat dimuat di Harian Radar Bali (Grup Jawa Pos)

Selasa, 01 Februari 2011

Kisah Happy Salma Jadi Duta FFDB 2011

Oleh: Agung Bawantara

Aktris sekaligus model dan presenter Happy Salma punya kebiasaan baru. Di berbagai kegiatan, ia selalu berupaya menyampaikan pesan agar masyarakat bergairah untuk mendokumentasikan kekayaan bangsanya melalui media audio-visual. Entah dengan kamera professional atau pun dengan kamera ponsel. Pernah dalam sebuah acara lawakan di sebuah stasiun televisi swasta, dengan gaya yang jenaka ia menyisipkan pesan itu dalam dialog tokoh yang diperankannya. Kebiasaan baru ini dilakukan Happy sejak ia didaulat menjadi Duta Festival Film Dokumenter Bali (FFDB) 2011. Ia dengan bangga melakoninya.

Kisah mengenai ditunjuknya Happy Salma menjadi duta FFDB 2011 sederhana saja. Bermula dari sebuah diskusi kecil panitia FFDB 2011 yang berniat menggaungkan semangat ajang ini sekeras dan seluas mungkin. Dalam diskusi tersebut muncul beberapa nama, dan Happy Salma menempati urutan teratas.

Begitu menetapkan Happy Salma sebagai duta, panitia langsung mencari kontak pemeran film Gie dan Capres ini. Cukup lama “perburuan” dilakukan. Maklum aktris Pemeran Pembantu Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2010 ini tengah laris dan mendapat begitu banyak tawaran berakting, menjadi model iklan dan sebagai pembawa acara program televisi. Namun begitu ketemu, mudah saja panita FFDB 2011 mendapat jawaban kesediaan darinya.

"Pertama kali saya diminta saya langsung mau terlibat. Saya merasa mendapat ruang yang baik untuk turut menyumbagkan tenaga saya untuk mengajak masyarakat bergairah untuk mendokumentasi kekayaan budaya bangsanya," ujar wanita kelahiran Sukabumi ini kepada JJB beberapa waktu lalu.

Rupanya, yang membuat Happy langsung menyanggupi tawaran panitia FFDB 2011 itu adalah karena Happy memang seorang pecinta film dokumenter. Apalagi saat ini bersama beberapa rekan artis film lainnya seperti Rieke Dyah Pitaloka dan Marcella Zalianty, ia tengah bergiat dalam gerakan meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap kekayaan budaya bangsanya melaui berbagai kegiatan sastra, seni rupa dan diskusi-diskusi kebudayaan.

“Jadi, tugas sebagai Duta sangat erat dengan aktivitas saya itu,” imbuhnya.